Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya)
dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatra Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai
adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian
dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan
langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan
selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan
Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan
dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan
antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini,
Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota
Medan ditinjau dari provinsi Aceh.
Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan
Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah
tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa
Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.
Sejarah
Masih sangat sedikit sekali terungkapkan mengenai asal usul kota
Binjai di masa silam, yang disebut sebagai sebuah kota yang terletak di
antara Sungai Mencirim di sebelah timur dan Sungai
Bingai di sebelah barat, terletak di antara dua kerajaan Melayu
yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat.
Berdasarkan penuturan orang-orang tua yang yang kini sudah tiada yang
diperkirakan mengetahui sejarah asal usul kota Binjai, baik yang
dikisahkan atau yang diriwayatkan dalam berbagai tulisan yang pernah
dijumpai, bahwa kota Binjai itu berasal dari sebuah kampung yang kecil
terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai
yang sekarang. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut
diadakan di bawah sebatang pohon Binjai (Mangifera
caesia) yang rindang yang batangnya amat besar, tumbuh kokoh di
pinggir Sungai Bingai yang bermuara ke Sungai
Wampu, sungai yang cukup besar dan dapat dilayari sampan-sampan
besar yang berkayuh sampai jauh ke udik.
Di sekitar pohon Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa
rumah yang lama-kelamaan menjadi besar dan luas yang akhirnya berkembang
menjadi bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh
tongkang-tongkang yang datang dari Stabat, Tanjung Pura dan juga dari Selat Malaka.
Kemudian nama pohon Binjai itulah yang akhirnya melekat menjadi nama
kota Binjai. Konon pohon Binjai ini adalah sebangsa pohon embacang
dan istilahnya berasal dari bahasa Karo.
Geografi
Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03"
- 98°39'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas
permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila
dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh
Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai yang panjangnya 22 km, 9
km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km 10 sampai Km 17
berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah
berada dalam wilayah Kota Binjai.
Ada 2 sungai
yang membelah Kota Binjai yaitu Sungai
Bingai dan Mencirim yang
menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk
kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran
kota, masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka
kepada air sumur yang memang masih layak dikonsumsi.
Batas wilayah
Utara | Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang |
Selatan | Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang |
Barat | Kabupaten Langkat |
Timur | Kabupaten Deli Serdang |
Pemerintahan
Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan
yang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahan
dan desa. Sedianya Binjai hanyalah sebuah kecamatan di dalam lingkup
Kabupaten Langkat. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:
Kecamatan Binjai Kota, Binjai Timur dan Binjai Selatan baru dibentuk
pada tahun 1981.
Walikota Binjai yang sekarang adalah H.M.Idaham SH MSi dan Wakil
walikota Timbas Tarigan Amd yang dilantik pada tanggal 13 Agustus 2010
untuk masa jabatan 2010-2015. Walikota berkantor di Balai Kota yang
beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 6, Binjai.
Kota Binjai sebelumnya merupakan tempat bermarkas Kepolisian Resort Langkat yang mengurusi
urusan kepolisian Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Pada tahun 2001,
Polres Langkat kemudian dipindahkan bermarkas di Stabat, ibukota Kabupaten Langkat. Sedangkan
untuk Kota Binjai dibentuk Kepolisian Resort Kota Binjai (Polresta
Binjai).
Tepat di depan Kantor Walikota, ada Lapangan Merdeka dan Pendopo
Umar Baki di Jalan Veteran. Lapangan Merdeka merupakan alun-alun
warga Kota Binjai sedangkan Pendopo Umar Baki adalah gedung serba guna
untuk melangsungkan banyak acara resmi maupun tidak resmi.
Demografi
Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku
Jawa, suku Batak Karo, suku TionghoaMelayu.
Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang
beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2003 adalah
223.535 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.506 jiwa/km persegi. Tenaga
kerja produktif sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga penduduk Binjai yang
bekerja di Medan karena transportasi dan jarak yang relatif dekat.
dan suku
Agama di Binjai terutama:
- Islam - dipeluk mayoritas suku Jawa dan Melayu, mesjid terbesar berlokasi di Jalan Kapten Machmud Ismail.
- Kristen - dipeluk sebagian besar suku batak Karo.
- Buddha - dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di Binjai Kota dan Binjai Barat.
- Hindu - ada 1 pura di Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk terutama oleh etnis India.
Perekonomian
Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan
terutama berpusat di wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan
perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara, sedangkan di sebelah
timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian.
Daerah pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat.
Kawasan Industri Binjai di Kecamatan Binjai Utara direncanakan di
Kelurahan Cengkeh Turi dengan luas wilayah 300 ha. Binjai juga adalah
penghasil minyak bumi dan gas ditandai
dengan kawasan eksplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir,
Kecamatan Binjai Utara.
Data tahun 1999
menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya
Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor
industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi.
Pendapatan per kapita penduduk Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta,
sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita
propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar
5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup
baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen.
Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan
total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa
Perusahaan dan Sektor Jasa - jasa
Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan
rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per
tahun.[2]
Sayangnya, kapasitas sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi
industri pengolahan rambutan menjadi komoditi unggulan yang bernilai
plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan itu sendiri,
misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang
komplit.
Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli
dari Binjai sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:
- Pusat Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di Binjai Kota.
- Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara
- Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat
- Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan
- Pasar Trengganu - berlokasi di Binjai Timur
Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:
Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko
(ruko) sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h
Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.
Pendidikan
Sampai saat ini, jumlah sekolah umum yang terdaftar di Pemerintah
Dati II Binjai adalah 154 SD, 37 SMP,
9 MT, 31 SMU
dan 10 MA,
keseluruhan berjumlah 241 buah. Jumlah penduduk usia sekolah wajib (di
bawah 19 tahun) adalah 78.000 jiwa. Dari total jumlah 241 buah sekolah
ini, 85 sekolah di antaranya terletak di Binjai Utara. Salah satu
sekolah yang terkenal adalah Sekolah Swasta Methodist Binjai yang masuk
dalam 40 sekolah unggulan menurut majalah GATRA dengan judul "40+
Sekolah Unggulan" untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Transportasi
Sarana transportasi di dalam kota Binjai terutama adalah beca mesin
roda tiga yang unik dan mobil angkutan umum yang disebut sudako. Untuk
transportasi ke luar kota, selain transportasi jalan, ada juga kereta
api yang menghubungkan Binjai dengan Medan dan Kwala di Kabupaten
Langkat.
Sampai dengan tahun 2007, prasarana jalan di Kota Binjai terdiri dari[3]:
Letak Binjai juga tidak jauh dari bandara terdekat yaitu Bandara Polonia, Medan. Selain itu,
pelabuhan terdekat juga akan dihubungkan dengan jalan tol bila proyek jalan tol Medan-Binjai
selesai beberapa tahun lagi.
Telekomunikasi
Kota Binjai dengan kode pos 20700, saat ini
mempunyai satu kantor pos induk di Jalan Jenderal Sudirman
dengan dua kantor pos pembantu.
Lain-lain
Ikon kota
Salah satu ikon Kota Binjai adalah Tugu Perjuangan 1945 yang
menjadi perlambang pintu gerbang Kota Binjai menyambut kedatangan
pengunjung dari luar kota.Tidak banyak yang mengetahui, bahwa peranan
Muhammadiyah di awal-awal kemerdekaan tahun 1945 sangat-sangat dominan.
Pengibaran sang saka Merah Putih pada tanggal 06 September 1945
bertepatan dengan 1 syawal 1365 H (Hari Jumat)dilaksanakan oleh Pengurus
dan Anggota Muhammadiyah serta masyarakat umum lainnya segera setelah
menerima telegram bahwa Republik Indonesia sudah MERDEKA.Pengakuan Pemko
dalam hal ini dapat dilihat dengan adanya tatengger di jalan Perintis
Kemerdekaan. Selain itu, sebelumnya Binjai juga mempunyai ikon lain
yaitu tugu air peninggalan zaman Belanda di Jalan Jenderal Sudirman yang
sebelumnya digunakan untuk menyalurkan air bersih ke rumah-rumah di
dalam kota. Namun peninggalan bersejarah ini beberapa tahun lalu telah
digantikan dengan jejeran rumah toko.
Pintu gerbang ke Langkat
Binjai juga adalah salah satu tempat transit bagi wisatawan yang
ingin menuju ke kawasan wisata Bukit
Lawang di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di
Kabupaten Langkat yang berjarak 68 km di
barat laut Binjai. Bukit Lawang juga merupakan daerah konservasi mawas
Sumatera (orang utan merah).
Bentrokan TNI dan Polisi
Binjai pernah beberapa kali menjadi objek perhatian nasional karena
beberapa peristiwa di antaranya peristiwa bentrokan anggota TNI
dengan Polisi yang mengakibatkan korban jiwa baik dari
kedua belah pihak maupun dari sipil pada akhir tahun 2002. 2 unit yang
bersengketa yaitu unit infanteri Lintas Udara
100/Prajurit Setia (Linud 100/PS) dari Kodam II/Bukit Barisan dan
unit elite Brigade Mobil (Brimob) dari Polda Sumatera
Utara.
Rumah sakit
Ada 4 rumah sakit besar kecil yang melayani kebutuhan kesehatan
penduduk Binjai yaitu:
- RS Korem 023 Binjai
- RS Umum Binjai (Dr. Djoelham)
- RS Bangkatan
- RS PTP IX
- RS Artha Medica
- RS Karya Mama
- RS Cichio
Pemakaman umum
Taman pemakaman umum di Binjai yaitu:
- Pekuburan Brahrang, di Binjai Barat
- Pekuburan Rambung, di Binjai Selatan
- Perkuburan kebun lada, di Binjai Utara
Selain itu juga ada Taman Makam Pahlawan Binjai yang berlokasi di
Jalan Pahlawan, Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Binjai Kota.
Data kota
- Wilayah: 90 km²
- Penduduk: 232.236 jiwa
- Rumah Tangga : 47.927 rumah tangga
- Provinsi: Sumatra Utara
- Tenaga kerja: 160.000 jiwa
- Subdivisi: 5 kecamatan dan 37 kelurahan/desa
- Komoditi Unggulan: Rambutan dan Bengkuang
- Hari jadi: 17 Juni (berdiri 1872)
Tokoh-tokoh dari Binjai
- MS Kaban, mantan Menteri Kehutanan Republik Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu
- Rizaldi Siagian, musikus
- H.M. Ali Umri SH MKn
- Ir. H. Djaili Azwar, M.Si, Assisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Komisaris Utama Bank Sumut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar